Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa Israel telah mencegah masuknya seluruh jenis bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza selama 50 hari terakhir. Kondisi ini disebut memiliki dampak yang “sangat serius” terhadap kehidupan warga sipil di wilayah tersebut.
Pernyataan itu disampaikan oleh juru bicara PBB, dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (21/4) di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Dujarric menyampaikan bahwa Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan tidak ada satu pun bantuan—termasuk makanan, bahan bakar, obat-obatan, maupun kebutuhan pokok lainnya—yang berhasil masuk ke Gaza sejak 50 hari terakhir.
“Cadangan makanan telah menipis secara mengkhawatirkan, sementara pasokan obat-obatan, perlengkapan medis, dan vaksin hampir habis,” ujarnya lansir Anadolu.
Ia menambahkan bahwa anak-anak dan orang dewasa kini mengalami kelaparan, dan sistem layanan kesehatan di Gaza berada di ambang kehancuran total.
“Ratusan ribu orang telah mengungsi, sementara serangan terhadap pekerja kemanusiaan dan tenaga medis kembali meningkat,” katanya.
Penutupan total jalur masuk bantuan ke Gaza oleh otoritas Israel dimulai sejak 2 Maret lalu. Kondisi ini telah memperparah krisis kemanusiaan yang terjadi, sebagaimana dilaporkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, organisasi hak asasi manusia, dan badan internasional.
Dengan dukungan dari Amerika Serikat, Israel sejak 7 Oktober 2023 melancarkan serangan militer besar-besaran di Gaza. Serangan yang disebut sebagai genosida oleh berbagai pihak ini telah menewaskan dan melukai lebih dari 168.000 warga Palestina—mayoritas merupakan perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 11.000 orang dilaporkan hilang.