Pasukan Israel menerapkan “Hannibal Directive” selama operasi perlawanan pada 7 Oktober, demikian hasil penyelidikan terbaru yang dirilis oleh pihak Israel.
Penyelidikan ini mengakui kegagalan besar dalam mencegah serangan pada 7 Oktober yang menargetkan pemukiman-pemukiman Israel yang mengepung Gaza.
Laporan tersebut mengungkapkan sejumlah rincian baru tentang jalannya operasi, dampak yang ditimbulkan, dan alasan di balik kerugian yang diderita oleh Israel.
Pada pukul 08.02 pagi, sebuah helikopter tempur Israel melepaskan tembakan ke area terbuka di dekat Kibbutz Re’im, tanpa mengetahui bahwa di lokasi tersebut sedang berlangsung festival Nova yang dihadiri ribuan pemukim Israel.
Laporan tersebut juga menyebutkan kesulitan yang dihadapi pasukan Israel dalam membedakan antara warga Palestina dari Gaza dengan pemukim Israel di sekitar area tersebut, terutama dengan penerapan Hannibal Directive.
Selain itu, tahun lalu, surat kabar Haaretz melaporkan bahwa helikopter militer Israel salah sasaran, menembak ke arah warga Palestina, namun malah melukai pemukim Israel yang sedang mengikuti festival.
Militer Israel juga merilis rekaman drone yang menunjukkan ratusan mobil terbakar dan rusak, yang dipindahkan dari festival musik Nova, hasil tembakan berat yang seharusnya tidak digunakan oleh kelompok perlawanan dari Gaza.
Pada pukul 11.22 pagi, komando Israel mengeluarkan perintah kepada Divisi Gaza yang berbunyi, “Tidak ada kendaraan yang boleh kembali ke Gaza.”
Sumber dari Komando Selatan mengatakan kepada Haaretz, “Semua orang sudah sadar bahwa kendaraan yang kembali bisa saja membawa warga sipil atau tentara yang diculik… Semua orang paham betul apa artinya jika kendaraan tidak diizinkan kembali ke Gaza.”
Hannibal Directive ini diterapkan di berbagai lokasi, termasuk di rumah Pessi Cohen di Kibbutz Be’eri, tempat 13 dari 14 warga Israel tewas.
Sebuah sumber dari Haaretz menjelaskan, “Perintah ini dimaksudkan untuk menjadikan wilayah sekitar pagar perbatasan Gaza sebagai zona mematikan, menutup akses ke arah barat.”