Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan kekhawatirannya bahwa keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik antara Israel dan Iran dapat berdampak pada berkurangnya dukungan militer dan politik Washington terhadap Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.
Dalam konferensi pers di ibu kota Kiev, Ahad (22/6/2025), Zelenskyy mengatakan bahwa perang yang melibatkan Iran merupakan indikator penting untuk menilai sejauh mana komitmen AS terhadap sekutunya. Ia menyebut konflik tersebut sebagai “parameter penting” dalam memahami arah kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden Donald Trump.
Zelenskky mengungkapkan bahwa selama beberapa waktu terakhir, AS sempat menghentikan bantuan militer serta dukungan intelijen yang krusial bagi Ukraina, sebagai bentuk tekanan agar Kiev menandatangani kesepakatan investasi di sektor logam tanah jarang. Presiden Ukraina menyebut langkah itu sebagai “tekanan langsung” pada saat yang krusial dalam perang.
Dampak Langsung pada Ukraina
Zelensky juga mengaitkan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran dengan kerugian yang dialami negaranya akibat penggunaan drone kamikaze buatan Iran oleh Rusia. Ia menuduh Teheran tidak hanya mengekspor senjata, tetapi juga mentransfer teknologi dan melatih personel Rusia.
“Kami memantau dengan cermat serangan terhadap pabrik-pabrik drone Iran. Ini bukan sekadar penjualan, tetapi juga transfer penuh teknologi yang membuat kami menjadi target langsung,” kata Zelenskyy kepada Al Jazeera.
Ukraina, lanjut dia, telah beberapa kali menghubungi Teheran sejak dimulainya perang, meminta agar Iran menghentikan dukungan kepada Rusia. Namun, menurut Zelensky, Iran tidak menepati janjinya dan terus memberikan dukungan teknis serta pengiriman senjata.
Prioritas bergeser
Terkait perubahan prioritas bantuan AS, Zelensky menyatakan memahami bahwa mencegah Iran memiliki senjata nuklir merupakan prioritas utama bagi Washington saat ini. Namun ia menegaskan bahwa perubahan tersebut telah berdampak langsung pada Ukraina.
“Kami telah kehilangan satu pengiriman besar rudal antidrone yang sangat kami butuhkan. Pengiriman itu dialihkan ke Israel,” ujarnya. Rudal tersebut, menurut Zelenskyy, berjumlah sekitar 20.000 unit, seperti yang sebelumnya juga ia sampaikan dalam wawancara dengan stasiun televisi AS, ABC.
Negosiasi terdampak
Zelenskyy juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa keterlibatan para diplomat senior AS dalam krisis Timur Tengah dapat menghambat proses negosiasi damai antara Ukraina dan Rusia. Ia menyerukan agar AS mengambil peran lebih aktif dalam menekan Rusia untuk mengakhiri perang.
“Saat ini belum jelas ke mana arah situasi akan berkembang, tapi kami menantikan sikap AS yang lebih tegas,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Zelenskyy menuduh Rusia melakukan manipulasi dalam pertukaran jenazah tentara. Ia menyebut bahwa Ukraina menerima jenazah yang bukan warganya, bahkan ada yang berasal dari negara lain seperti Israel, yang sengaja dipakaikan seragam militer Ukraina.
Ia menilai praktik tersebut sebagai upaya Rusia untuk menimbulkan kebingungan di kalangan keluarga tentara Ukraina dan meningkatkan tekanan psikologis dalam negeri, sekaligus memperkuat propaganda tentang tingginya jumlah korban di pihak Ukraina.
Zelenskyy menunjukkan sejumlah dokumen dan foto kepada Al Jazeera yang ia klaim sebagai bukti, namun tidak mengizinkan penyebaran materi tersebut karena masih dalam proses investigasi.
Serangan besar Rusia
Pernyataan Zelenskyy disampaikan di tengah eskalasi serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina, termasuk serangan rudal dan drone ke Kiev pada 17 Juni yang menewaskan sedikitnya 27 orang dan melukai lebih dari 150 lainnya.
Serangan tersebut bersamaan dengan upaya penetrasi militer Rusia di wilayah Sumi, Zaporizhia, dan Kherson. Kiev menuding Moskwa memanfaatkan perhatian dunia yang tertuju ke konflik Iran untuk meraih keuntungan strategis di medan perang Ukraina.