Pasukan Israel kembali meningkatkan intensitas agresi di wilayah pendudukan Tepi Barat, Selasa (24/6).
Di tengah gelombang serangan ke Gaza yang terus berlangsung, militer dan pemukim Israel juga memperluas operasi penghancuran, perampasan lahan, serta pengusiran paksa di berbagai kota di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.
Korban jiwa kembali berjatuhan. Di Kamp Pengungsi Shu’fat, Yerusalem Timur, pasukan Israel menembak mati Zahiyah Al-Ubeidi (66), seorang perempuan Palestina lansia.
Informasi dari tim medis menyebutkan bahwa perempuan tersebut ditembak saat penggerebekan militer di kawasan padat penduduk itu berlangsung.
Masih di Yerusalem, otoritas pendudukan menghancurkan sebuah bangunan hunian yang tengah dibangun di kawasan Ras Khamis dengan dalih tidak memiliki izin.
Di kota Kifl Haris, barat laut Salfit, buldoser militer menghancurkan lahan pertanian serta menghancurkan rumah kaca dan peralatan tani.
Keluarga pemilik lahan mengalami kerugian besar. Kantor berita resmi Palestina, WAFA, menyebut penghancuran seperti ini terus terjadi, khususnya di Area C—wilayah di bawah kontrol penuh Israel—untuk membatasi ekspansi pertanian dan pemukiman warga Palestina.
Di Tulkarm, pasukan Israel melanjutkan operasi militer yang telah berlangsung dua pekan. Lebih dari 50 bangunan dilaporkan telah dihancurkan. Sementara warga di Desa Zeita mengalami penggerebekan dan penganiayaan setiap hari. Sejumlah pemuda ditangkap, dan warga terus hidup dalam ketakutan.
Di dekat Ramallah, tentara menggusur lahan pertanian di Desa Umm Safa demi memperluas pos permukiman ilegal.
Sebuah gubuk tani di Desa Dura Al-Qara juga dihancurkan. Di Desa Termasaya, pemukim menutup jalan penghubung sebagai bentuk intimidasi.
Di Bethlehem, militer mencabut puluhan pohon zaitun tua di Desa Husan dan menggusur tanah sepanjang 600 meter.
Sementara itu, pemukim merusak ladang dan menimbun sumur air di Desa Al-Khader, guna memperluas permukiman ilegal Daniel.
Di Desa Al-Lubban Ash-Sharqiya, selatan Nablus, pasukan Israel menyita sebuah rumah warga dan mengubahnya menjadi pos militer.
Mereka mengibarkan bendera Israel di atap rumah dan memblokade desa serta membatasi mobilitas warga.
Menurut WAFA, Israel kini semakin gencar menjadikan rumah-rumah warga sebagai titik pengawasan, pos penembak jitu, atau pusat interogasi, serta memaksa warga keluar dari kediaman mereka. Banyak lingkungan sipil kini berubah menjadi zona militer tertutup.
Serangan Israel
Di utara Yerusalem, tentara Israel menggempur kota Al-Ram dan Hazma dengan gas air mata. Di Bethlehem, tiga warga Desa Al-Khader ditangkap.
Sementara di Masafer Yatta, Hebron, seorang ayah dan anaknya ditangkap di tengah penggerebekan.
Di Jenin, tentara menyerbu Desa Silat Al-Harithiya, memicu bentrokan setelah pasukan melepaskan tembakan ke arah warga. Sebuah rumah keluarga Al-Souqi di Kota Jenin disita dan dijadikan pos militer.
Masih di wilayah yang sama, dua bersaudara ditangkap di Desa Rummana, dan sejumlah rumah digeledah di Desa Fandaqumiya, dengan kehadiran militer Israel yang mencolok di jalan-jalan desa.
Kekerasan juga datang dari kelompok pemukim. WAFA melaporkan bahwa pemukim menduduki tanah warga di Mata Air Ghazal, Lembah Yordan Utara.
Mereka memasang pagar di sekeliling tenda warga. Insiden semacam ini telah berulang kali terjadi di wilayah tersebut.
Organisasi Al-Baydar yang membela hak-hak masyarakat Badui menyebutkan bahwa pemukim menyerbu Desa Arab Al-Mlihats di barat laut Yerikho dan secara sengaja melepaskan kawanan ternak ke area penyimpanan pakan, menyebabkan kerugian besar.
Agresi di Tepi Barat ini berlangsung di tengah genosida yang terus dilakukan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Berdasarkan data otoritas Palestina, sedikitnya 981 warga di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, telah gugur, dan sekitar 7.000 lainnya luka-luka.
Sementara di Gaza, agresi Israel dengan dukungan Amerika Serikat (AS) telah menewaskan dan melukai sekitar 188.000 warga, mayoritas anak-anak dan perempuan.
Sebanyak 11.000 orang lebih dinyatakan hilang, dan ratusan ribu warga mengungsi di tengah kelaparan akut serta kehancuran besar-besaran yang melanda seluruh wilayah.