Hamas menolak tawaran Israel yang memberikan jalan keluar aman bagi para pemimpin kelompok tersebut dari Jalur Gaza, dengan syarat mereka menyerahkan senjata dan membebaskan sandera yang mereka tahan, demikian menurut laporan media AS pada Jumat.
Mengutip mediator dari negara-negara Arab, The Wall Street Journal melaporkan bahwa kepala badan intelijen Israel, Mossad, David Barnea, menyampaikan tawaran tersebut dalam pertemuan di Mesir selama pekan lalu.
Hamas dengan cepat menolak tawaran itu. Wakil Pemimpin Hamas untuk Gaza, Khalil al-Hayya, mengatakan bahwa tawaran tersebut menunjukkan bahwa Israel salah memahami kelompok tersebut dan justru berisiko memperpanjang konflik hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Penasihat senior Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Ophir Falk, menyampaikan kepada surat kabar tersebut bahwa Netanyahu telah menyatakan kesediaannya memberikan jalan keluar aman jika Hamas meletakkan senjata dan membebaskan sandera.
Namun, Netanyahu menegaskan bahwa mereka yang melukai sandera akan dikejar.
Hamas belum memberikan komentar atas laporan ini.
Barnea dijadwalkan berangkat ke Qatar pada hari Minggu untuk melanjutkan pembicaraan terkait gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Seorang pejabat senior Israel yang mengetahui detail negosiasi sandera mengatakan kepada Channel 12 bahwa tidak akan ada kemajuan jika Israel tidak menunjukkan fleksibilitas dalam tuntutannya.
Diperkirakan 97 dari 251 sandera yang diculik Hamas pada 7 Oktober masih berada di Gaza, termasuk jasad dari setidaknya 34 orang yang dikonfirmasi meninggal dunia oleh Israel. Hamas juga masih menahan dua warga sipil Israel yang memasuki Gaza pada tahun 2014 dan 2015, serta jasad dua tentara IDF yang gugur pada 2014.